Siapakah wanita itu?

Benar kata Pak Pramoedya Ananta, Masa terbaik dalam hidup seseorang adalah masa ia dapat menggunakan kebebasan yang telah direbutnya sendiri. Seseorang juga pernah berkata bahwa kebebasan adalah salah satu kunci dari kebahagiaan. Panas terik matahari seakan menyambut kulitku dengan ganasnya ketika aku keluar dari area Bastakia Quarter, salah satu tempat wisata yang harus aku datangi saat sedang berkunjung ke Negara Uni Emirat Arab. Bastakia Quarter adalah sebuah kota tua yang memiliki banyak sekali museum-museum cantik dan dapat memanjakan mata siapa pun yang melihatnya, terutama di daerah Al Fahidi. Dengan dipenuhi oleh bangunan dan gedung gedung tua yang mempunyai arsitektur kuno unik seakan menambah daya tarik kota ini. Setelah puas mengelilingi kota Bastakia Quarter, rencananya aku akan kembali ke hotel untuk membersihkan badan dan nanti 
sore aku akan mengunjungi Menara tertinggi di dunia, apalagi kalau bukan Menara Burj Khalifa. Saat aku masuk kedalam salah satu hotel, sang resepsionis menyambutku dengan ramah dan hangat. Memang benar sekali pelayanannya sangat baik sekali dan sekarang tujuanku adalah lantai 15 tempat sementara untuk diriku beristirahat. Ketika aku akan melangkahkan kaki masuk kedalam sebuah lift, ternyata bukan aku sendiri menaikinya namun dengan seorang wanita dengan baju dan penutup 
kepala berwarna warna hitam, ah aku ingat nama pakaian itu, Namanya baju abaya dan jilbab khimar niqab. Kenapa aku bisa tau? Karena tadi rata rata para wanita wanita yang mengunjungi wisata 
Bastakia Quarter memakai baju dengan model sama seperti wanita di sampingku Tetapi dia berbeda. Dia hanya diam namun matanya seakan mengatakan diriku agar selalu menjaga jarak dengan lirikan 
lirikan tajam. Oke, oke. Aku juga akan menjaga jarak. Siapa juga yang ingin berdekatan dengan wanita tak waras yang memakai baju panjang ditengah terik matahari siang seperti ini. Benar benar gila.

Netraku menemukan sebuah objek baru, yaitu sebuah poster gambar yang terlihat seperti sudah lama ditempel di pintu sebelah kanan lift. Tidak ada yang istimewa dari poster itu, hanya gambar 2 permen bungkus. Permen pertama adalah permen loli yang bungkusnya sama sekali tidak dibuka alias masih utuh yang berbanding terbalik dengan nasib permen loli kedua, yang bungkusnya sudah dibuka 
dengan sekumpulan semut yang berlomba lomba mengerubungi permukaan permen tersebut. Apa maksud dari poster gambar itu? Apakah sebuah perumpamaan dari sesuatu? Tetapi apakah itu?

Ya ampun! Aku terkejut sekali. Ternyata sedari tadi aku selalu diperhatikan dalam diam oleh wanita aneh disampingku. Dia ini kenapa? Apakah aku berbuat salah kepadanya? Namun seingatku, aku tak 
pernah bertemu dengannya. Sudahlah, biarkan saja. Ucap batinku menenangkan. Baru saja menenangkan hati, tiba tiba lampu yang berada di lift ini berkedip kedip. Ah, ini bukan pertanda baik. 
Batinku berteriak tak suka. Tak selang beberapa lama suara keras jatuh memenuhi indra pendengaranku, sontak saja kita berdua sangat terkejut dengan kejadian beberapa lalu, pasti ada 
masalah dengan liftnya. Aku tak tinggal diam, aku berusaha memanggil-manggil petugas atau siapapun untuk menolong diriku dengan wanita di sampingku ini di dalam lift. Sekuat tenaga aku berusaha membuka pintu besi nan kuat ini dan hasilnya nihil, pintunya sama sekali tak terbuka sedikitpun. Otakku sekarang sedang berfikir keras, bagaimana caranya agar keluar dari lift ini? 

10 menit pun berlalu dengan lambat, tak ada tanda tanda lift ini akan bergerak ditambah dengan udara di dalam lift semakin panas dan pengap sampai keringat terasa bercucuran dibagian pelipis dan leher, kulirik wanita itu yang hanya terdiam sambil menatap ke depan yang aku pastikan dibalik wajahnya 
yang tertutup sedang berekspresi datar seolah ini adalahhak yang biasa. Aku ingat, aku masih mempunyai air mineral di tas ranselku, langsung kubuka botol air mineral tersebut dan ku tenggak isinya sampai tersisa setengah dari jumlah air tadi. Kulirik lagi wanita itu sambil mendorong sebuah botol air mineral kaearahnya. Bagaimanapun juga aku masih memiliki rasa kemanusiaan untuk tidak membiarkan wanita itu mati dalam keadaan kehausan, namun tidak ada respon yang diberikan dari wanita disebelahku ini, akhirnya aku menyerah dengan meletakkan botol itu di lantai, tepat diantara kami berdua. Aku mendengus kasar sambil bergerak kebawah untuk duduk, bisa bisanya dia bersikap seperti itu di saat keadaan seperti ini. Kulirik sekali lagi wanita tadi yang sekarang mengubah posisinya 
menjadi duduk dan mengambil sebuah buku berukuran tak terlalu kecil dari tasnya. Perhatianku segera teralihkan oleh suara lantunan lantunan ayat indah dan baru kali ini aku mendengar lantunan 
ayat yang bisa menggetarkan jiwaku.

Aku menoleh kearahnya, “Apa yang sedang kau baca?” Namun, alih-alih dia menjawab pertanyaanku dia hanya menatapku sebentar dan melanjutkan bacaannya kembali. Aku semakin penasaran, Buku 
apakah itu? Apa yang tadi di baca olehnya? Kenapa bisa menceloskan hatiku dengan tiba tiba?

Drettt.. Suara mesin dari lift ini seperti menyala kembali. Aku menghela nafas lega dan segera bangkit dari duduk untuk melangkah sedikit terburu-buru lebih dekat ke pintu lift. Namun seperti kilatan 
peristiwa, suara debuman keras dari yang sebelumnya membuatku sangat terkejut ditambah dengan kaca disampingku yang mendadak pecah berkeping-keping hingga melukai betis kaki kananku sebelum 
aku bisa menghindar dan memahami kondisi yang terjadi secara tiba tiba. Rasa sakit itu timbul seketika bersamaan dengan cairan kental berwarna merah yang keluar dari betisku yang semakin banyak. Dengan erangan kesakitan aku berusaha untuk duduk kembali dan cepat cepat melepaskan ransel yang sedari ku gendong, membuka resletingnya dan mengeluarkan apapun yang bisa menahan 
pendaharan betis kaki kananku. Saking fokusnya diriku mencari benda dalam ranselsampai tidak sadar wanita disampingku perlahan membuka penutup muka beserta jilbabnya dan mendekat kearahku, sontak aku yang tak sengaja melihatnya terkejut. Perlahan, wanita itu membungkus- ah tepatnya mengikat luka di betis kananku dengan perlahan dan hati-hati seolah takut aku merasa lebih kesakitan. Aku hanya bisa terdiam melihat perlakuan wanita yang sedang membalut lukaku.

“Kenapa?” tanya si wanita tanpa melihat sang lawan bicaranya yang sekali lagi di buat terkejut bercampur dengan perasaan bingung. Aku tidak tau harus menjawab apa atas pertanyaan ambigu wanita yang berada di depanku.

Serasa tidak mendapat jawaban dariku, wanita itu menatapku dan perkataan setelahnya membuatku membuat rasa bingung dan penasaranku semakin menjadi-jadi. “Terima kasih, semoga Allah 
memberkatimu.”

Baru saja aku akan bertanya apa maksudnya, tiba-tiba pintu lift terbuka dengan lebar menampakkan para petugas hotel yang dengan sigap membantuku keluar dari lift tanpa sempat aku mengucap kata perpisahan dengan wanita yang menjadi penolongku hari ini.

Kini aku mendapat pelajaran bahwa jangan menilai seseorang hanya dari luarnya. Kita semua tak akan pernah tau isi hati seseorang, kita hanya bisa menebaknya dan tebakan kita bisa jadi salah. Serta wanita shalihah pasti akan menutup auratnya bukan untuk orang lain namun untuk dirinya sendiri agar terhindar dari kemaksiatan, juga dalam islam kita selalu dan sangat dianjurkan untuk menolong sesama makhluk Allah, tanpa membedakan agama, ras, atau suku bangsa. Jika kita merasa gundah dan gelisah berdo`a lah dengan bersunggguh-sungguh, niscaya Allah akan melindungi hambanya dan memmberikan pertolongan yang tak terduga.



-Syahla Fauziyah-

Komentar