Setengah Ateis
Kembali pada 10 tahun sebelumnya. Athe danurdara adalah seseorang yang religius, tekun pada peraturan agama dan sering beribadah. Terbentuknya sikap terpuji ini adalah hasil dari perjuangan orangtuanya dalam memberikan didikan yang bermutu. Kembali pada 10 tahun sesudahnya, lebih tepatnya sekarang, Ketika seseorang yang kupikir bisa menjadi seorang sahabat normal untuk menemani masa SMA, menceritakan masa lalunya yang bertentangan dengan dirinya yang aku kenal selama ini dan mengatakan bahwa dia adalah seorang agnostik dan menentang hal apapun yang bersifat abstrak.
Masalah kecil tidak akan merubah kepribadian seseorang terutama mengenai pandangan terhadap agama, masalah besar bisa. Athe baru saja menceritakan dirinya dimasa lalu yang memberikanku gambaran mengenai perubahan besar pada dirinya akibat dari rintangan yang dia gagal hadapi dalam perjalanan hidupnya.
Setengah atheis bukanlah orang yang tidak beragama melainkan meragukan agama, mereka memiliki kisah dibalik kehendak mereka sekarang, mereka dulu beragama dan masih tetap beragama, mereka tidak senang tidak beragama namun tidak nyaman pula hidup beragama. Satu-satunya jalan yang bisa mereka tempuh adalah dengan tetap melaksanakan ibadah namun tidak benar-benar berharap pada agama atau tuhan.
Athe danurdara memberikan banyak sekali pelajaran dari hidupnya yang sangat berharga. Bukan tentang untuk tidak mempercayai keberadaan tuhan, bukan tentang untuk menjadi seseorang yang meragukan agama, tetapi untuk tetap tegar terhadap cobaan dan percaya akan jalan yang sudah ditentukan. Ini adalah ceritaku tentang percakapan yang terjadi minggu kemarin sebelum libur 17 agustus, cerita yang mungkin akan aku beri judul – “Setengah Ateis”.
Tidak ada suasana canggung sebelumnya, kami memulai pembicaraan dengan topik ringan dan menyenangkan seperti setiap kali dalam waktu istirahat bersama mie goreng dari warung bu rita yang Athe pesan dan minuman B-Hope yang aku beli sebagai pengilang rasa haus – ini cerita lucunya kemarin, di kelas, damar datang kepadaku dan mengatakan bahwa minuman B-Hope mengandung minyak babi, aku tahu dia memang sangat absurd tapi tidak pernah terpikirkan akan separah ini. Minuman dengan minyak babi yang terkandung? Heh, Satu-satunya hal yang payah dari minuman ini adalah slogan dalam kemasan botolnya, tertulis “hidup itu tentang memilih” yap, terdengar seperti kutipan omong kosong.
pembicaraan terus terjadi mengisi waktu istirahat kita, di belakang sekolah, membicarakan hal absurd lainnya dan entah bagaimana pembicaraan mengenai perlombaan berakhir pada pengakuan dari Athe. Dia tidak percaya akan keberadaan tuhan, dia tidak mengakui keberadaan yang tidak bisa dijelaskan oleh ilmu pengetahuan. Ini bukan sebuah rahasia, banyak orang telah mengetahuinya hanya saja aku yang baru tahu.
Dia bercerita bahwa terakhir kali dia memberitahukan tentang dirinya -- Galih; seorang anak paling jenius dan tentunya religius datang padanya dan menantangnya untuk melontarkan pendapatnya untuk diperdebatkan. Dia bercerita bahwa orang-orang saat itu lebih mendukung Galih dan dia juga bercerita perdebatannya dengan galih berujung perkelahian. itu menjelaskanku mengenai keributan yang terjadi 2 hari yang lalu; yang aku pikir acara Razia rambut. Aku tidak tahu siapa yang memulai perkelahian meski Athe mengatakan bahwa galih yang memulai, aku tidak bisa benar-benar yakin
Hal yang membuatku tertarik untuk bertanya kepadanya adalah sesuatu yang terjadi dalam perjalanan hidupnya sehingga membuatnya banyak berubah. maksudku, dia benar-benar berganti pandangan dari seseorang yang religius; perpegang teguh terhadap agama menjadi seorang agnostik yang tidak mempercayai keberadaan tuhan. Jadi aku tanya padanya dan dia menjawab “agama membuat hidupku tidak nyaman. Tuhan selalu mengecewakanku…”.
Athe sering sekali mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan, dia rajin beribadah dan selalu berdoa, namun tidak ada satupun permintaannya yang terkabulkan. Aku tidak tahu permintaan seperti apa yang dia minta namun sudah jelas terlihat permintaan itu sangat berarti baginya melihat perubahan yang terjadi padanya akibat keinginannya tak terkabulkan sangatlah berdampak. Dia putuskan untuk tidak berdoa lagi karena hanya akan membuatnya bertambah kecewa jika gagal. Dia mulai tidak mempercayai keberadaan tuhan dan agama Ketika dia terus-menerus memenangkan suatu perlombaan tanpa perlu berdoa, dia merasa yang akan menjadi penentu menang atau kalah adalah perjuangan dalam diri.
-Muhammad Nugraha Santoso-
Komentar
Posting Komentar