RANIAH "aku adalah wanita paling Rapuh"

"Ibu jangan so'ngatur hidup aku dong! Aku ya aku,ibu ya ibu. Aku sudah dewasa bu, mau aku keluar malam kek, mau ngapain kek, ya terserah aku! Ibu diam saja dirumah jangan memikirkan ku!" sentak Raniah sambil menunjuk-nunjuk ibunya yang berdiri dihadapannya sambil memegang tangan Raniah. 

Cerita ini dimulai ketika Raniah beranjak dewasa yang sudah menginjak umur 18 tahun dan mengenal dunia luar. Ia adalah gadis yang dibesarkan dari keluarga yang sederhana dan menjungjung atau mengutamakan sekali ilmu ilmu islam. Ayahnya yang bernama Ahmad Suryani itu adalah seorang petani sekaligus penasehat agama dikampungnya, lalu ibunya yang bernama Sukma Wijaya itu adalah seorang penjahit yang tidak seberapa penghasilannya. Raniah tidak memiliki saudara, baik itu kakak ataupun adik karena dia adalah anak tunggal.

Raniah adalah gadis yang periang, sopan, dan bertatakrama yang baik sesuai dengan ajaran ayah dan ibunya. Mulanya ia begitu, namun sekarang keadaan berbanding terbalik. Raniah menjadi pribadi yang egois, tidak beretika, dan brutal seperti orang orang yang tidak sadarkan diri saja. Terkadang tetangganya heran dengan sikapnya yang tiba tiba berubah menjadi seperti itu dan sering sekali menjadi buah bibir pembicaraan orang orang, tapi sepertinya Raniah tidak peduli dengan keadaan sekitar. Sepertinya ia memiliki jalan dan aturan sendiri untuk menentukan kedepannya, namun cara nya lah yang salah.

Pada suatu malam Raniah pulang malam dalam keadaan berantakan, entah kenapa. Dan ayahnya yang tengah menunggu diteras rumah sambil membaca tasbih pun merangkulnya ke dalam rumah.

"Nakk kamu habis dari mana nakk... Ibumu khawatir dan gelisah karena memikirkanmu yang belum pulang, ini sudah larut malam nak. Apa kamu sadar bahwa yang kamu lakukan ini salah?" tanya-nya sambil mengelus ngelus pundaknya dan sedih melihat putrinya yang berubah menjadi seperti itu. Raniah pun menjawab, "ahhhhhhhhh berisikk pakkk aku mau tidurr capee" dengan cekikikan aneh yang keluar dari mulutnya. Sepertinya ia dalam keadaan mabuk yang cukup parah, karena badannya begitu lemas. "Ya sudah nak, kamu tidur saja" jawab ayah nya yang lemas. Malam pun berlalu, matahari mulai terbit dan kicauan burung burung di pohon turut ikut serta menyambut sang fajar. Raniah pun bangun dan beranjak pergi ke kamar mandi, lalu sarapan di meja makan depan. Disana sudah ada ibu dan ayah nya yang sedang menunggu Raniah untuk menanyakan hal yang semalam.

"nakkk sayang, kamu habis darimana semalam pulang selarut itu? Ibu khawatir nak, kamu adalah emas intan dikeluarga ini" cakap ibunya dengan nada sedih. "aku habis main bu, ditemen temen SMA aku" jawab Raniah dengan entengnya ditambah dengan ekspresi wajah yang dingin. 

Suasana mulai tak nyaman, Raniah pun pergi dari meja makan dan beranjak pergi dengan membawa tasnya lalu keluar. Tetapi pada saat Raniah pergi, teman masa kecilnya Edo ingin mampir ke rumahnya karena sudah lama tak berjumpa. Pada saat beranjak pergi tak tau kenapa ia menangis tersedu sedu begitu seperti menahan rasa sakit sendirian. Teman  yang tadinya ingin silaturahmi itu heran, penasaran dengan keadaan keluarga nya Raniah. Edo mencoba mengikuti Raniah dari belakang dan tibalah disebuah taman, Raniah pun duduk dan Edo pun duduk disebelahnya. 

"Ran kamu kenapa?" sambil meminum air dalam botol, "e..e.. Edo? apakah ini kamu?" dengan nada heran dan bertanya tanya. Raniah pun memeluk Edo sambil menangis karena rasa kangennya setelah lama tak berjumpa. "Ran jawab aku, aku denger keluarga kamu sedang tidak baik. Ada apa Ran? Cerita lah".

"Do begini, aku merasa berdosa sekali melakukan ini kepada ayah dan ibu. Aku seringkali menyentak ibuku dan ayahku, aku melakukan ini demi kebaikan kita bersama" ucap Raniah dengan tersedu sedu. "itu kamu sadar Ran, demi kebaikan gimana maksudnya aku tidak faham" jawab Edo. "aku menjadi pekerja seks komersial, Do. Ini semua kulakukan agar aku mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga ku dan untuk biaya operasi tumor ibu".

"Astagfirullah, ya Allah Ran. Apa yang kamu ucapkan itu benar adanya? Aku sungguh tidak percaya kamu sampai begitunya" jawab Edo dengan kencang. "Do aku mohon, kamu jangan mengatakannya pada siapa siapa aku malu Do, aku malu" ucap Raniah. "itu kamu sadar Ran, itu adalah perbuatan rendah dan dilarang oleh Allah swt. Aku tahu kamu sedang dalam kesulitan, namun cara mu dalam mengambil jalan keluar lah yang salah besar Ran. Sekarang kamu harus minta maaf, pada ayah dan ibumu Ran. Sebelum terlambat." sambil menatap muka Raniah. Raniah menjawab "aku belum siap, Do. Karena aku harus mengumpulkan uang untuk operasi ibu." 

"Ran aku tau kamu sedang membutuhkan uang, aku tahu. Tapi tidak begini caranya, seberapa besar uang yang kau dapatkan jika itu haram maka tidak akan berguna Ran" ucap Edo. 

Raniah semakin stress dengan perkataan Edo itu, bahwa uang yang dihasilkan dari perbuatan yang tidak diridhoi allah adalah haram. Ia pun beranjak lari dari Edo sambil menangis entah kemana tujuannya. "Ran.. kamu mau kemana ran" teriak Edo. Namun Raniah tidak mendengar dan semakin jauh. Raniah melakukan semua ini karena keterdesakan ekonomi dan membutuhkan biaya untuk operasi tumor ibunya. Namun cara nya lah yang salah untuk mendapatkan uang itu, Raniah rela menjadi PSK demi uang. Ia tahu bahwa pekerjaan itu sangat hina dan tidak diridhoi Allah, maka dengan itu Raniah merasa jijik pada dirinya sendiri. Seberapa kesulitan pun kita menghadapi dunia ini, kita tetap harus berada dijalan Allah swt. 
Matahari mulai terbenam dan terdengar suara adzan magrib, Raniah ingin shalat namun ia merasa tak pantas untuk bertamu ke rumah Allah karena ia sudah tak suci lagi. 

"Hei nak melamun aja, mari shalat" tepuk seorang bapak dibelakang Raniah, "iya pak hehe silahkan" dengan nada canggung. Raniah masih ragu untuk menginjakkan kaki di masjid, namun Raniah teringat pada perkataan ayahnya yang mengatakan bahwa seburuk apapun perbuatan manusia, sadarilah Allah adalah maha pemaaf. Raniah pun pergi ke masjid untuk beribadah dan berdoa agar diberikan petunjuk oleh Allah sang maha kuasa. Setelah shalat dan berdoa, Raniah beranjak pergi dari masjid. Sewaktu diluar, ia melihat seorang ibu pemulung yang sedang menyuapi anak nya. Raniah teringat kenangan bersama ibu nya ketika sedang bersama, bapak bapak tadi pun menegur nya "eh nak ketemu lagi sama saya, kamu tidak akan pulang? Ini sudah larut loh, tak baik bagi anak gadis" ucapnya. Lalu Raniah menjawab "eh bapak hehe, saya sepertinya tidak akan pulang pak" jawabnya. 
"loh kenapa nak?", "saya melakukan kesalahan dan telah durhaka pak jadi saya tidak akan pulang" jawabnya sambil meneteskan air mata. "ya allah nak, sebagaimana pun kamu melakukan kesalahan ibu mu pasti akan memaafkanmu, ingat nak surga dibawah telapak kaki ibu". "terimakasih pak sudah mengingatkan saya" ucap Raniah.

Raniah bergumam dalam hati nya bahwa dia harus meminta maaf pada ibunya karena telah melalukan kesalahan, ia pun berlari kencang menuju rumahnya. Sesampainya depan rumah, ia melihat bendera kuning di pagar depannya. Ia pun kaget, dan bergegas masuk ke dalam rumahnya. Dan ternyata ibu nya yang meninggal karena tumornya sudah cukup parah, Raniah pun terjatuh lemas melihat ibunya yang sudah di tutup oleh kain. Iya menangis tersedu sedu tak kuasa menahan tangis dan meminta maaf karena telah durhaka padanya selama akhir akhir ini. Lalu ia pun mencium kening ibunya dan memeluk untuk terakhir kalinya. 

"sudah Ran, kamu harus sabar, tabah, dan mengikhlaskan ibumu untuk pergi selama-lamanya" ucap Edo. 

"Do, aku belum sempat meminta maaf pada ibu. Aku telah durhaka padanya, aku telah mengecewakan ibu, Do" jawab Raniah sambil menangis, "sudahi tangismu Ran, ibu mu pasti sudah memaafkanmu diatas sana". "Do, aku sudah hancur dan tidak punya semangat hidup lagi. Ibu ku telah meninggal, dan masa depanku tidak tau arah. Andai dunia tahu, bahwa aku adalah wanita paling rapuh" jawab Raniah. "sudah Ran, ikhlaskan ibu-mu".

Setelah ibunya meninggal, Raniah sadar bahwa sebagaimana pun kita kesulitan dalam menghadapi cobaan dan keadaan. Kita harus bisa menentukan mana jalan yang baik dan mana jalan buruk. Kita sebagaimana agama islam harus berada dalam ajaran Allah swt. Serta kita harus senantiasa berbakti dan menghormati kedua orang tua kita selama masih hidup, karena pada dasarnya penyesalan itu ada di akhir.



-Salam rapuh
 Mario Farsal Ruswandiani

Komentar