MENCARI KEBERKAHAN MUHARAM

Angin berembus sejuk, membelai dedauanan yang indah nan hijau.
Sunyi, namun inilah keadaan sekarang. Sudah beberapa bulan lamanya Indonesia dilanda virus yang sangat berbahaya, sudah banyak orang yang terkena virus ini. Terkadang, pada kondisi ini banyak orang yang berputus asa, namun tidak dengan Syila dan teman-temannya. Mereka masih bersemangat, semangat mereka salurkan lewat pembagian bantuan kepada orang-orang yang tidak mampu di sekitar tempat tinggal mereka dan sekaligus menghimbau masyarakat yang masih berkeliaran di luar sana.

Jam telah menunjukan pukul 16.00 WIB. Syila pun segera memasukan sanitizer ke tas kecilnya dan memakai maker sebagai pencegahan yang paling utama. Setelah itu ia pun langsung berangkat menuju tempat basecamp teman-temannya.

Setelah ia sampai di tempat tujuan, Syila langsung melihat semua teman-temannya yang sedang sibuk menyiapkan sumbangan untuk dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Saat berkumpul disina, teman-temannya masih menerapkan protocol kesehatan, semua temannya memang saling sapa namun tetap menjaga jarak mereka dan semua tetap memakai masker.
“Assalamualaikum Syila!” seru seseorang memanggil nama gadis berjilbab hijau.
Syila pun menoleh kearah suara yang memanggilnya 
“Waalaikumsalam Cilla” sapanya. 
“Bagaimana, masih semangat?” tanya temannya  itu bersemangat.
“Masih dong, eh La, kamu udah solat?” 
“Udah dong, kamu?”
“Udah, oke kalau gitu mending kita bantu yang lain, terus siap-siap berangkat ke tempat yang udah dibagi” ajaknya.

Ia pun langsung membantu teman-temanya membereskan barang-barang, setelah pembagian lokasi dan juga sembako yang akan dibagi kepada masyarakat sekitar, Syila dan teman-temannya langsung berpencar sesuai dengan jalur lokasinya masing-masing.

Syila merasa senang bisa berbagi kebahagian kepada banyak orang. Walaupun dalam keadaan yang kekurangan, namun masyarakat yang menerima bantuan tersebut terlihat masih bersemangat berjuang mencari nafkahnya untuk kehidupan mereka masing-masing. Ini yang membuatnya selalu bersyukur kepada Allah SWT.,karena keluarganya masih diberikan rezeki yang cukup dan masih bisa memenuhi keperluan sehari-harinya.

Setelah membagikan sembako, ia dan teman-temannya pun pergi menuju tempat umum, seperti pinggir jalan raya dan sekitarnya. Mungkin masih banyak orang-orang yang belum disiplin dalam melaksanakan protocol kesehatan di saat pandemi ini, masih banyak orang yang berlalu lalang, berkerumun dan yang lebih parah yaitu masih tidak menggunakan masker.

Sering kali pula, saat mereka menasihati pejalan kaki yang tidak memakai masker, orang tersebut malah balik menceramahinya dan juga mencemooh mereka. Namun ada juga, orang yang baik hati, menerima dengan baik dan juga mensuport apa yang dilakukan mereka.

Namun tiba-tiba saja saat syila dan teman-temanya sedang membagi masker segerombolan anak remaja yang menaiki motor tak sengaja menyerempet tubuh syila dan membuatnya dan juga barang yang ia pegang berjatuhan.
“Astagfirullah, Syila!” seru Cilla panik dan langsung menolong Syila.
“Syila, kamu gak apa-apa?” tanyanya sembari membantu Syila untuk berdiri.
“Alhamdulillah, Syila gak kenapa-napa, cuman ... ” jawab Syila terhenti ketika melihat masker yang akan dibagikan olehnya malah terjatuh karena kejadian tadi.
“Gapapa Syila, kalau masker kan nanti kita bisa beli lagi”
Syila pun menoleh ke arah segerombolan anak-anak itu, bukanya membantu,   malah terkekeh melihat Syila terjatuh, dan salah satu orang yang Syila kenal diantara anak-anak lainya adalah Kanita, orang yang selalu membully Syila disekolah.
“Ngapain lu lihat-lihat, mau minta ganti rugi?” tanyanya sombong.
“Hahahhah.. lihat, di cuman pura-pura jatuh biar dapet uang ganti rugi” ejek salah satu teman Kanita.
“Heh, udah tau ini jalan umum, kalian harusnya hati-hati kalau ngendarain motor, jangan sembarangan, ini jalan bukan milik kalian tapi milik pemerintah!” umpat Cilla kesal dengan kelakukan mereka semua.
“Cuy, kita malah di ceramahin”  kekeh salah seorang dari mereka.
“Hahahahaha, minta maaf sana, yang sopan sama bu haji” ejeknya.
“Maaf bu haji” ejek mereka lagi.
“ Ih!!” umpat Cilla kesal.
“Udah Ci, jangan marah, anggap aja mereka tuh lagi doain kamu yang suatu saat bakal naik haji” ucap Syila menenangkan Cilla.
“Aamin” ucap Cilla.

Lalu Syila pun tersadar, ternyata mereka semua tidak memakai masker. Ia pun lalu mengambil lagi masker baru untuk dibagikan kepada mereka.

“Nih, kalian harus pake ini” suruh Syila sembari memberikan mereka masker.
Tapi apa yang mereka lakukan, mereka malah menolaknya.
“Gak usah, kita gak butuh kaya gituan, lagian daerah ini kan masih aman, jadi ngapain juga pake masker” tolak Kanita.
“Iya, aku juga tau daerah kita masih area aman, tapi tetap aja kan, sebagai pencegahan kita harus laksanain protocol yang dianjurin pemerintah” jelas Syila.
“Gue gak peduli” sahutnya. Lalu Kanita pun menyuruh teman-temanya yang lain untuk pergi mendahuluinya.
“Oh iya, ini kan yang lu butuhin” ujarnya sembari memperlihatkan selembar uang pecahan serratus ribu. Lalu Kanita pun melempar uang tersebut tepat di wajah Syila.
“Udah kan, cukup? Atau masih mau lagi” ucapnya lalu ia pun melemparkan kembali uang setarus ribu ke wajah Syila.
“Astagfirullah Kanita, kurang ajar banget kamu. Dia tuh temen kamu!” bentak Cilla mengingatkan kembaali Kanita.
“Hah? Teman? Gue gak ngerasa tuh” ucapnya lalu ia pun menyalakan kembali motornya. Saat ia mau melajukan motornya, Syila mencegahnya.
“Mau apa lagi? Masih kurang?” tanyanya arogan.

Syila pun meraih tangan Kanita dan mengembalikan uang yang tadi ia lempari ke wajah Syila. “Ini, kita gak perlu uang nya, yang kita perlukan hanya kesadaran kalian saja dalam menjalankan protocol kesehatan” jelasnya.
“Idih, sok bijak lu” ejeknya, lalu Kanita pun mengambil kembali uang tersebut dan memasukannya ke dalam saku.
“Awas lu, minggir!” bentak Kanita. Lalu ia pun melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

Keesokan harinya. Syila melihat 2  orang pengemis di depan rumahnya. Dan kebetulan juga rumah di depan adalah rumah temannya yaitu Kanita. Memang Kanita dan dirinya sudah lama bertetangga, namun entahlah Kanita selalu tidak menerima Syila menjadi temanya. Syila melihat dua orang pengemis itu meminta bantuan kepada Kanita yang sedang mencuci motornya. Namun apa yang Kanita lakukan, ia malah mengusir 2 pengemis itu. Syila yang melihatnya pun tak tega dan langsung menghampiri Kanita.
“Kanita, kamu jangan seperti itu dong sama mereka, mereka cuman mau minta bantuan kamu aja, masa cuman buat ngasih sepeser uang pu kamu gak mau?” tanya Syila prihatin.
“Gue gak peduli” ucapnya acuh, lalu ia pun melanjutkan kegiatan mencuci motornya.

Syila pun hanya bisa pasrah kepada temannya itu, Syila harus bagaimana lagi, harus berbicara apalagi agar Kanita mau mendengar dan menurutinya. Syila pun pergi dengan mengajak kedua pengemis itu kerumahnya.

Siang harinya Syila pergi ke supermarket untuk membeli perlengkapan kesehatan untuk dirinya dan untuk di sumbangkan kepada orang yang membutuhkan. Saat ia masuk ke supermarket, ia melihat Kanita sedang kebingungan. Syila pun akhirnya menghampiri Kanita dan sang kasir.
“Ada masalah apa mbak sama teman saya?” tanyanya ramah kepada sang kasir tersebut.
“Dia belum bayar semua belanjaan nya, alasannya karena dia ketinggalan dompet. Tapi saya gak percaya” jelas sang kasir.
Tanpa banyak bicara, Syila pun mengeluarkan uang dari sakunya. “Berapa yang harus dia bayar?” tanya Syila.
“Lima puluh ribu” jawab sang kasir.
Syila pun langsung memberi uang pecahan lima puluh ribu kepada sang kasir.
“Gak usah sok peduli deh lu sama gue” ocehnya.
“Bukan sok peduli, tapi kalau aku gak bayarin, terus kamu mau bayar pake apa?” 
“Dih” sungutnya, namun ia tetap menerima makanannya dan langsung pergi tanpa berterimakasih kepada Syila.

Setelah membeli keperluan di supermarket, Syila pun langsung pulang ke rumahnya. Namun ada suatu kejadian di perempatan jalan, seperti ada kecelakaan sepeda motor. Syila pun bertanya kepada orang yang disekitar kecelakaan tersebut. Menurut mereka, tadi ada mobil yang menabrak pengendara motor, pengendara motor tersebut seorang perempuan. Syila pun langsung melihat korban tersebut. Dan begitu terkejutnya Syila saat melihat Kanita yang menjadi korbannya. Sontak Syila pun berlari ke arah Kanita. Ia langsung meminta bantuan kepada orang sekitar untuk membawa Kanita ke rumah sakit.

Sesampainya dirumah sakit, syila menunggu di depan ruang rawat Kanita berada. Tak lama kemudian, dokter pun menerangkan luka yang dialami Kanita tidak terlalu parah dan Syila diperbolehkan untuk masuk ke dalam.
“Kanita” 
Kanita pun menoleh kearah seseorang yang memanggilnya.
“Syukurlah kata dokter luka kamu gak terlalu parah, jadi sekarang juga kamu bisa pulang kerumah, aku antar ya kamu kerumah” jelas Syila.
Kanita pun meraih tangan Syila, ia menangis.
“Kanita, kamu kenapa, masih ada yang sakit ya?” tanyanya panic.
“Enggak. Gue baik-baik aja, makasih ya Syila lo mau nolongin gue, padahal gue selalu bersikap jahat ke lo, makasih ya Syila” ucapnya tersedu-sedu.
“Iya, Syila udah maafin Kanita kok” ucap Syila tersenyum.
“Kok lo mau nolongin gw, padahal gue kan suka jahat sama La” 
“Sudah sepantasnya kita saling tolong menolong Kanita. Kan kita teman, sebagai teman juga harus saling menjaga. Islam juga mengajarkan kepada kita agar saling peduli dan tolong menolong.” Jelas Syila sembari tersenyum kepada Kanita.

Kanita pun tersenyum kepada Syila.

Perbanyaklah berbuat baik di bulan Muharam ini, karena bulan ini merupakan bulan mulia,barang siapa yang berbuat amalan kebaikan Allah SWT., akan membalas semua perbuatan baik kita dengan pahala yang besar”


- Siti Nur Adila-



Komentar