Hijrah
Di salah satu meja di cafe terdapat dua gadis dengan tampilan berbeda yang satu menggunakan baju yang tertutup dari ujung rambut sampai ujung kaki,sebut saja dia tasya gadis yang sudah memutuskan untuk menutup aurat nya menjalankan perintah agama. dan gadis satunya lagi adalah zahra,gadis dengan rambut sebahu serta pakaian yang belum sepenuhnya menutup aurat,zahra belum mantap menuju tahap itu.
Zahra memandang lawan bicaranya dengan senyum tersirat di wajahnya, sudah lama mereka tidak bertemu.
“Ada apa ra,kenapa mendadak mengajak bertemu?” tanya tasya serasa meneguk minumannya
“Boleh aku bertanya sesuatu?” Zahra menggigit bibir bawahnya,tangannya menggempal dan bergemetar tapi rasa penasarannya lebih besar dari pada kegelisahannya
“Tentunya. Kamu baik-baik saja,buka?” tasya terlihat khawatir dengan raut wajah zahra yang gelisah
“Apa alasan mu menggunakan hijab?” pertanyaan yang berarti bagi zahra
Tampak jelas senyum kecil terukir di wajah mungil tasya ,dia mengerti alur pembicaraan ini sekarang ,“Aku berhijab karena menjalankan kewajiban ku sebagai muslimah. kamu pasti tahu hal itu,kita sebagai wanita muslim diwajibkan untuk menutup aurat kita” ucapnya masih dengan senyum tipisnya
Zahra terdiam, dia sudah tau jawaban sahabatnya ini pasti mengarah pada kewajiban mereka sebagai muslimah,zahra tau itu. Namun dia masih gelisah , harus ada yang membuatnya menggunakan hijab dari dalam hatinya,bukan sekedar dari kewajiban saja.
“Kamu memutuskan untuk berhijab?”tanya tasya
Zahra lagi-lagi menggigit bibir bawahnya,pertanda kalau dia masih ragu. Zahra sendiri memang ingin sekali menutup auratnya. Diaa sudah tidak lagi memakai pakaian minim kegemarannya dulu, tapi untuk berhijab belum ada dorongan dari hatinya,takut dilepas ditenggah jalan itu katanya.
“Begini saja,bagaimana kalau kamu ikut kajian dengan ku besok?”ajak tasya sejujurnya lebih ke saran
Zahra merasa ada harapan untuk menjawab kegelisahan pada dirinya, “Aku mau,dimana?”tanyanya antusias
“Di masjid dekat rumah ku,nanti kita berangkat bareng!”jawab tasya semangat membuat zahra semakin bersemangat menuju hijrah nya
Sepanjang perjalanan pulang zahra tersenyum bahagia,semoga saja kali keinginannya menutup aurat bisa terlaksana dan keinginan dari hatinya sendiri.
Sampai dikamar ia langsung meletakan barang bawaannya dikasur dan segera mencari pakaian untuk dia kenakan besok , memang perempuan selalu seperti itu.
Zahra mengambil kerudung segi empat dari lemarinya , mencoba menutup rambutnya dengan kain itu. Menatap pantulan wajahnya dicermin dengan senyum tipis di wajahnya
Keesokan harinya
Zahra merapihkan pakaiannya yang agak sedikit berantakan gara-gara terburu-buru menuju rumah tasya,tadi setelah shalat dia ketiduran. Dihadapannya kini ada tasya yang tersenyum manis padanya.
“Maaf,tadi setelah shalat aku ketiduran”tutur zahra
“Tidak apa-apa,kita berangkat sekarang”ajak tasya
Zahra mengangguk mengikuti langkah tasya, tangannya masih sibuk merapihkan rok nya yang terlipat dan kerudungnya yang sedikit miring.
“Aku senang kamu mau lebih mendalami islam”ucap tasya disela perjalanan
Zahra menatap tasya dengan senyuman “Doakan aku semoga segera berhijrah seperti mu”tuturnya
Tasya mengaguk pelan,sebelumnya dia sudah mengamini dalam hati “ayoh,sudah sampai”
Mereka berdua masuk kedalam masjid,tidak lupa mengucap salam terlebih dahulu kemudia memilih tempat duduk dekat pintu hanya karna itu yang tersisa. Mereka bercakap dengan remaja lainnya sampai penceramah datang. Entah kebetulan atau apa tapi kajian kali ini tentang kewajiban menutup aurat,membuat zahra semangat mendengarkan.
Zahra terus mendengarkan kajian sampai selesai. Orang-orang yang hadir mulai bepergian. Zahra masih memikirkan kajian tadi yang disampaikan ustazah sinta ucapannya tadi benar semua,tapi kenapa masih ada yang menganjal dihatinya?.
“Kenapa ra?”tanya tasya
“Ahhh,enggak”
“Apa kamu masih ragu?” tanyanya (lagi)
“Emmm,kayak iya. Semua yang tadi di ucapkan ustazah sinta benar,tapi kenapa aku rasa masih ada yang menganjal dalam hati ku?”tutur zahra
“Mau berdiskusi dengan saudaraku?dia orang yang pas,aku dulu curhat padanya sebelum aku benar-benar hijrah”
Zahra menatap tasya kemudian menggaguk, semoga kali ini bisa menyakinkan hatinya.
Bismillah
Kalau dipikir lagi,zahra bukan lah orang yang jauh dari Allah . Dia tidak pernah meninggalkan shalat lima waktu yang menjadi tiang agama,setelah shalat dia selalu menyempatkan diri untuk mengaji meskipun beberapa ayat. Tapi apa mau dibuat,sering shalat saja tidak akan cukup untuk amal dia akhirat. Jika iya tetap melanggar perintah-Nya apa gunanya?.
Minggu siang ini zahra kembali menemui tasya,kali ini pakaiannya terbalut rapih pada tubuhnya ditambah dengan pasmina berwarna pastel senada dengan rok yang iya gunakan. Ia tampak cantik dimata tasya bahkan mungkin semua orang yang melihatnya demikian.
“Ra,ayo masuk”ajak tasya dari ambang pintu
Zahra mengangguk pelan,sebelum melangkah masuk dia membuang nafas gusar kemudian berucap “Bismillah” setelah itu melangkah masuk
“Assalamualaikum”salam zahra
“Waalaikumsalam” jawab tasya dan seorang laki-laki asing dimata zahra. Tampan itu kesan utama yang zahra dapat dari lelaki itu
“Sini ra,ini saudara aku namanya faiz. Dia hanya beda 3 tahun dengan kita.dia menggambil bidang agama dikampusnya mantan pesantren juga”tasya memperkenalkan zahra pada saudranya,faiz
Zahra hanya mengangguk kecil kemudian tersenyum tipis ke arah faiz.
“Jadi ini teman mu yang semalam kamu ceritakan?”tanya faiz
“Iya saya”jawab zahra
“Jadi ada perlu apa kamu ingin bertemu dengan saya?”tanyanya (lagi)
“Begini,saya ingin sekali berhijab karna itu perintah agama. Tapi entah mengapa hati saya selalu gelisah belum siap untuk itu, jadi saya ingin meminta saran dari kam-maksud saya kak faiz,saya dengar sebelum tasya mantap berhijab dia meminta saran kepada anda,saya pun sekarang demikian. Jadi bagaimana menurut kak faiz?” tutur zahra
“Faiz saja,menurut saya kamu harus tetap berhijab”
“Tidak perlu ada alasan?”
“Kamu tau menutup aurat itu adalah kewajiban bagi setiap wanita musli,bukan?
“iya,tapi saya butuh beberapa alasan untuk memantapkan hati saya”
“Alasan? Sebenarnya kamu tau tidak kewajiban dan perintah agama itu apa?” faiz berhasil membuat zahra menggigit bibir bawahnya
Lambat laut obrolan ini menjadi percakapan serius antara zahra dan faiz,tasya? dia sibuk mengamati obrolan mereka takutnya ada perkataan faiz yang menyinggung hati zahra.
“Bukannya kemarin kamu ikut kajian dengan saudara saya. Bukan kah disana sudah dijelaskan?”
“Iya,tapi seperti saya bilang tadi masih ada yang menganjal”
“Begini, diriwayatkan dari Aisyah radhiallahu’anha , beliau berkata, Asma’ binti abu bakar pernah menemui Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dengan memakai pakaian yang tipis. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pun berpaling darinya dan bersabda “Wahai asma sesungguhnya seorang wanita jika sudah haid (sudah baligh), tidak boleh terlihat dari dirinya kecuali ini dan ini” beliau menunjuk wajah dan telapak tangannya (HR. Abu Daud,hasan)”
“Tapi saya merasa belum siap”
“Ketika diperintah oleh Allah dan Rasul-nya orang beriman mengatakan “kami dengar dan kami taat” bukan “kami dengar,tapi saya belum siap”
Ucapan faiz membuat zahra mengerti, berhijab adalah kewajiban bagi muslimah, kenapa ia masih harus mempertimbangkannya?
“Makasih faiz,tidak heran tasya mengajak saya untuk bertemu dengan mu”
“Saya hanya menyampaikan ilmu yang saya dapat”
Zahra tersenyum pada faiz kemudian beralih pada tasya,tangannya memegang punggung tangan tasya lalu mengucapkan “Makasih”
“Semoga kamu segera menutup aurat ra”
Zahra mengangguk pelan “ iya,semoga. Bismillah”
Zaha merenung setelah pulang dari rumah tasya,dia menuju halte memilih pulang menggunakan bus umum. Di dalam bus zahra memerhatikan anak-anak remaja yang menggunakan pakaian yang bisa dibilang sedikit minim mengingatkan pada pakaian yang dulu sering ia kenakan.
“Assalamualaikum”salam zahra ketika memasuki rumah,disana ada ibundanya yang sedang duduk manis melihat televisi
“Waalaikumsalam”
“Lagi nonton apa bun?”tanya zahra seraya mengahampiri
“Tausiyah “ zahra hanya mengangguk kemudian ikut terlena dalam tausiyah sampai penceramah itu mengatakan
“Selangkah saja anak perempuan yang sudah baligh meninggalkan rumah tampa menutup aurat maka selangkah bagi ayah nya menuju neraka”
Zahra menutup mulutnya dengan kedua tangannya dia menoleh ke arah sang ibu yang kebetulan sang ibu juga sedang memandang ke arah dirinya.
Jadi ini alasan ibunya menyuruh dia menutup aurat,bukan hanya sebagian dari kewajiban dan menjalankan perintah agama,tetapi untuk menyelamatkan ayah nya dari siksaan api neraka.
Ayah zahra sudah lama meninggal dan sejak saat itu ibunya selalu menyuruh jahra untuk menutup aurat nya walaupun sedikit terlambat. Tidak ada kata telambat dalam memperdalam agama.
“Ra,kamu sudah tau kan alasan ibu”ucap sang ibu
Zahra mengangguk kemudian memeluk sang ibu dengan air mata yang mengalir dipipinya “Iya ibu,zahra sekarang paham,zahra yakin”ucapnya Sang ibu mengelus pungguk putri semata wayang nya itu Zahra memutuskan untuk pergi ke kamar berniat istirahat tapi dia berniat mengabari tasya terlebih dahulu mengenai keputusannya yang sudah yakin untuk berhijab.
“Alhamdulillah ra,aku senang kamu berhijab sekarang”
“Iya,alhamdulillah. Makasih tas,bilang juga pada faiz terimakasih dari aku”
“Iya,besok kita bertemu?aku tidak sabar melihat kamu”
“Boleh,kalau begitu aku istirahat”
Zahra mematika teleponnya kemudian menarik selimutnya,bersiap menuju alam mimpi.
Keesokannya
Zahra berdiri didepan pantulan cermin lemarinya,kali ini dia tidak menggunakan rok tapi baju muslim blush dengan kerudung pasmina yang menjadi cirikhasnya mulai dari sekarang,dia menatap wajahnya sesekali bergunam “kenapa tidak dari dulu aku seperti ini”. Dia menghembuskan nafasnya “Bismillah”.
Baru beberapa langkah zahra keluar kamar tapi langkahnya berhenti karna ada panggilan masuk dari ponselnya.
“Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam”
“Aku yang menghampiri mu”
“Kenapa?tumben”
“Karna aku tidak sendiri”
“Maksud mu?”
“Aku datang bersama keluarga ku,faiz ingin meminang mu”
Zahra membeku, faiz ingin meminang nya?padahal mereka belum lama kenal dan hanya bertemu sekali itu pun zahra meminta saran kepadanya.
“Hallo,zah kamu belum berangkat kan?”
Lamunan zahra buyar “Ahhh, iya”
“Aku sudah beri tau ibu mu,beliau senang”
Zahra melirik ibunya yang kebetulan ada di lantai bawah sedang merapihkan ruang tamu.
“Baik,aku tunggu kamu dengan calon ku”ucap zahra mantap
“Baik,aku sedang dalam perjalanan”
Zahra menghampiri ini ibu,ibunya tersenyum manis pada zahra kemudian memeluk putrinya “Makasih nak,kamu telah mengabulkan semua permintaan ibu sekaligus” ucapnya
“Sama-sama,bener kata ibu semakin kita mendekatkan diri kepada Allah semakin Allah memberikan kita kebahagiaan. Waktu zahra belum menutup aurat Allah jauhkan zahra dari orang yang zahra suka, Allah mematahkan hati zahra. Tapi ketika zahra menutup aurat sedetik kemudian Allah mendatangkan jodoh pada zahra”tuturnya
Selang beberapa saat keluarga tasya dan keluarga faiz datang. Faiz menyampaikan maksud dan tujuannya kemari adalah untuk meminang zahra,gadis yang ia sukai sejak pertama kali bertemu yang membuat dia memantapkan hatinya semalam begitu mendengar bahwa zahra sudah yakin untuk berhijrah.
Zahra menerima pinangan faiz,tidak ada alasan untuk menolaknya. Faiz juga yang membantu zahra menyakinkan hatinya untuk menutup aurat. Sudah pasti dia akan menjadi imam yang takwa.
Memang rencana Allah tidak ada yang tahu.
-Elsa Agustia-
Komentar
Posting Komentar